Foto Ilustrasi: Keistimewaan Lailatul Qadar/ Google
PDMTUBAN.COM – Majelis Tarjih dan Tajdid dalam buku Tuntunan Ramadhan menjelaskan I’tikaf adalah aktifitas berdiam diri di masjid dalam satu tempo tertentu dengan melakukan amalan-amalan (ibadah-ibadah) tertentu untuk mengharapkan ridha Allah.
I’tikaf sangat dianjurkan dilaksanakan setiap waktu di bulan Ramadan, terutama pada sepuluh hari terakhir. Sebagaimana dilakukan oleh Rasulullah saw. “Dari Ibnu Umar r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah saw selalu beri‘tikaf pada sepuluh hari yang penghabisan di bulan Ramadan.” [Muttafaq ‘Alaih].
Terkait durasi I’tikaf, di kalangan ulama berbeda pendapat. Al-Hanafiyah berpendapat bahwa i’tikaf dapat dilaksanakan pada waktu yang sebentar tapi tidak ditentukan batasan lamanya, sedang menurut al-Malikiyah i’tikaf dilaksanakan dalam waktu minimal satu malam satu hari.
Dengan mempertimbangkan dua pendapat ini, Majelis Tarjih menyimpulkan bahwa i’tikaf dapat dilaksanakan dalam beberapa waktu tertentu, misal dalam waktu 1 jam, 2 jam, 3 jam dan seterusnya, dan boleh juga dilaksanakan dalam waktu sehari semalam (24 jam).
Di dalam QS. al-Baqarah ayat 187 dijelaskan pula bahwa i’tikaf dilaksanakan di masjid. Di kalangan para ulama ada pebedaan pendapat tentang masjid yang dapat digunakan untuk pelaksanaan i’tikaf, apakah masjid jami’ atau masjid lainnya.
Menurut Majelis Tarjih, masjid yang dapat dipakai untuk melaksanakan i’tikaf sangat diutamakan masjid jami atau masjid yang biasa digunakan untuk melaksanakan salat Jum’at, dan tidak mengapa i’tikaf dilaksanakan di masjid biasa.
Keistimewaan Lailatul Qadar
Lailatul Qadar diyakini sebagai malam di mana Allah menetapkan turunnya Al-Quran, menurunkan berbagai keberkahan, ampunan, dan rahmat. Pada malam ini, para malaikat juga turun ke bumi membawa pesan-pesan ilahi. Keistimewaan malam ini membuat umat Islam berlomba-lomba dalam ibadah dan memohon ampunan serta keberkahan kepada Allah.
Di antara malam-malam bulan Ramadan yang penuh keberkahan dan kemuliaan, Lailatul Qadar, penuh dengan keistimewaan. Namun, ada satu elemen yang membuatnya begitu misterius – ketidakpastian mengenai tanggal waktunya. Pertanyaan yang muncul adalah: mengapa waktu Lailatul Qadar begitu misterius?
Dalam kitab Lailatul Qadr fi Dhauil Kitab was-Sunnah disebutkan bahwa ada hikmah yang terkandung di balik ketidakpastian tanggal pasti Lailatul Qadar. Hal ini bertujuan untuk memelihara semangat dan motivasi orang-orang beriman untuk secara konsisten melaksanakan ibadah di malam-malam terakhir bulan Ramadhan hingga akhir. Jika tanggal Lailatul Qadar diketahui secara pasti, mungkin orang-orang hanya akan bersemangat pada tanggal tersebut, dan mengabaikan ibadah di malam-malam lainnya.
Selain dari sudut pandang spiritual, ada juga aspek praktis yang terkait dengan ketidakpastian waktu Lailatul Qadar. Dalam masyarakat Islam, penetapan awal bulan baru Ramadan sering kali melibatkan perbedaan kriteria dan metode, seperti pengamatan hilal atau rukyat. Hal ini membuat penentuan awal bulan Ramadan menjadi tidak pasti, dan dengan demikian, menentukan tanggal pasti Lailatul Qadar juga menjadi sulit.
Dengan ketidakpastian ini, orang-orang diajak untuk terus memperbanyak ibadah dan memperdalam hubungan spiritual mereka sepanjang bulan Ramadan, tanpa terpaku pada satu tanggal tertentu. Hal ini memicu semangat untuk terus berusaha mengejar Lailatul Qadar setiap malamnya, sehingga meningkatkan kualitas ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah.
Penulis: Samson Thohari