Tips Menjauhi FOMO dan Flexing ala Sekretaris PDM Tuban

PDMTUBAN.COM – Di era digital saat ini, remaja menghadapi berbagai tantangan sosial yang unik, dua di antaranya adalah flexing dan FOMO (Fear of Missing Out). Kedua fenomena ini telah menjadi ‘penyakit’ sosial yang mempengaruhi banyak aspek kehidupan remaja.

Flexing, atau pamer kekayaan dan pencapaian di media sosial, telah menjadi cara bagi remaja untuk mendapatkan pengakuan dan validasi dari teman-teman mereka. Ini seringkali menciptakan tekanan untuk terus menampilkan gaya hidup yang mewah atau berlebihan untuk mempertahankan citra diri yang diidamkan.

Di sisi lain, FOMO adalah kecemasan yang muncul ketika seseorang merasa tertinggal dari pengalaman atau kegiatan yang dilakukan oleh orang lain. Dengan konstan terhubung ke media sosial, remaja terus-menerus dihadapkan pada apa yang dilakukan orang lain, yang dapat memicu perasaan tidak cukup baik atau tertinggal.

Dampak Flexing dan FOMO

Dampak dari flexing dan FOMO bisa sangat merugikan bagi kesehatan mental remaja. Flexing dapat menyebabkan perasaan iri dan tidak puas dengan apa yang dimiliki, sementara FOMO dapat menyebabkan kecemasan dan depresi. Keduanya juga dapat mengganggu hubungan sosial yang sehat dan mengurangi kebahagiaan dalam menikmati momen saat ini.

Untuk mengatasi masalah ini, Sekretaris Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Tuban Edi Utomo berbagi tips jitu dalam menghadapi tantangan flexing dan FOMO, Edi Utomo, menyarankan beberapa langkah praktis diantaranya :

  1. Kesederhanaan dalam Gaya Hidup: Remaja diajak untuk menghargai apa yang mereka miliki dan tidak terobsesi dengan pencapaian material yang ditampilkan orang lain.
  2. Kegiatan Positif Komunitas: Terlibat dalam kegiatan komunitas yang positif dan membangun, seperti pengajian, diskusi ilmiah, atau proyek sosial, dapat memberikan rasa pencapaian yang lebih bermakna daripada sekadar pamer di media sosial.
  3. Refleksi Diri dan Bersyukur: Mengambil waktu untuk refleksi diri dan bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah SWT. Ini membantu mengurangi perasaan iri dan FOMO karena remaja menjadi lebih sadar dan menghargai kehidupan mereka sendiri.
  4. Batasan Media Sosial: Menetapkan batasan penggunaan media sosial dan mengurangi waktu yang dihabiskan di platform tersebut. Ini akan mengurangi paparan terhadap flexing dan FOMO serta meningkatkan kualitas interaksi sosial nyata.
  5. Dukungan Keluarga dan Teman: Mencari dukungan dari keluarga dan teman yang memahami dan mendukung perjuangan remaja dalam menghadapi tekanan sosial ini. Mereka dapat menjadi sumber kekuatan dan motivasi.

Penulis: Samson Thohari

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *