PDMTUBAN.COM-Meskipun bahasa Arab sering dikaitkan dengan lantunan Al-Qur’an, tidak semua penggunaan bahasa Arab bersifat keagamaan. Lagu berbahasa Arab dengan tema non-religi sudah lazim dalam dunia musik. Di Indonesia, sering terjadi kesalahpahaman di mana beberapa lagu berbahasa Arab disangka sebagai lagu religi oleh beberapa grup hadrah.
Kesalahpahaman terjadi karena beberapa lagu dengan bahasa Arab disalahartikan sebagai selawat atau karya religius oleh pendengar Indonesia. Namun, sebenarnya banyak lagu berbahasa Arab dengan tema non-religi yang populer di dunia musik.
Beberapa penyanyi Arab terkenal yang sering disalahartikan lagunya. Di antaranya adalah Nancy Ajram dengan “Ya Tab Tab”, Amr Diab dengan “Qusad Ainy”, Sabah Fakhry dengan “Qaduk Al-Mayas”, Shireen dengan “Ala Bali”, serta Elisa, Yara, Haifa Wehbe, Najwa Karam, Cyrine, Carole Samaha, Samira Said, dan lainnya.
Banyak penyanyi dari Timur Tengah yang menggunakan bahasa Arab dalam lagu-lagu modern karena bahasa Arab merupakan bahasa ibu di negara-negara Timur Tengah. Penting untuk menyaring informasi positif dan benar dari yang salah dan negatif, termasuk dalam musik.
Bahasa Arab, seperti bahasa lain di dunia, digunakan dalam berbagai aspek kehidupan di negara-negara yang menggunakannya sebagai bahasa utama, termasuk dalam musik modern dan penamaan barang serta tempat. Bahasa Arab tidak hanya terbatas pada Al-Qur’an, Hadis, Nasyid, Qasidah, dan Salawat.
Muhammadiyah sendiri memperbolehkan mendengarkan lagu berbahasa Arab meskipun itu non-religi selama tidak mengajak kepada kemaksiatan dan tidak melanggar aturan agama, dengan catatan dilakukan dalam waktu dan kondisi yang tepat. Meskipun lagu-lagu dari penyanyi Arab populer tidak dilarang, sangat kurang tepat memutarnya dalam acara religi atau islami karena tidak relevan meskipun berbahasa Arab. Pentingnya membaca, memahami, dan meresapi hal-hal positif menjadi kunci bagi generasi muda Muhammadiyah agar tidak terpengaruh oleh perkembangan zaman yang cepat.
Dalam konteks kurangnya partisipasi warga Muhammadiyah dalam konser selawat, terlihat bahwa faktor utamanya adalah ketidakfamiliaran dengan format acara tersebut. Warga Muhammadiyah lebih memilih selawat yang sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad dan menjunjung tinggi kesederhanaan dalam penghormatan terhadap Rasulullah. Kesadaran akan nilai-nilai keagamaan dan kepatuhan terhadap ajaran agama menjadi landasan kuat bagi warga Muhammadiyah dalam menjalani kehidupan beragama.
Penulis: Samson Thohari