PDM Tuban Terima Kunjungan Majelis Tabligh PDM Kota Malang, Bahas Kolaborasi dan Program Dakwah

Media Share

Pada hari Ahad, 1 Mei, Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Tuban menerima kunjungan istimewa dari rombongan Majelis Tabligh PDM Kota Malang. Rombongan berjumlah sekitar 30-an orang datang dengan satu bus dan disambut hangat di Kantor PDM Tuban, Jalan Pramuka 1 No.10, Tuban.

Ketua PDM Tuban, Kiai Masrukin, dalam sambutannya mengucapkan rasa terima kasih atas kunjungan tersebut. Ia mengungkapkan bahwa Kota Malang bukanlah tempat yang asing baginya, karena sejak tahun 1983 ia menempuh pendidikan S1 dan S2 di sana.

“Saya kuliah di Malang, dan sampai sekarang saya masih ingat teman-teman saya seperti Ustaz Abdul Charis, Nur Chalim, Suyoto, dan Sunarto,” ungkapnya.

Ia juga bercerita bahwa dirinya bukan berasal dari keluarga Muhammadiyah. Ketertarikannya terhadap Muhammadiyah muncul karena pergaulannya dengan Suyoto—yang kelak menjadi Bupati Bojonegoro dua periode (2008–2018).

“Saya tertarik karena Muhammadiyah ajarannya logis, tidak rumit, praktis, tidak terikat budaya, dan sesuai dengan sunnah,” jelas Kiai Masrukin. Ia tidak menyangka kemudian dipercaya menjadi Ketua PDM Tuban.

Sementara itu, Wakil Ketua PDM Kota Malang Korbid Tabligh, Abdurrohim Said, menyampaikan apresiasinya atas sambutan hangat dari PDM Tuban.

“Pertemuan kita sebelumnya di Kota Malang sangat singkat. Saya berharap di Tuban ini kita bisa berbagi lebih banyak karena tiap daerah punya karakter, tantangan, dan keunggulan masing-masing,” ujarnya. Ia juga menyampaikan permohonan maaf karena membawa rombongan besar, termasuk para istri mubaligh.

Ketua Majelis Tabligh PDM Kota Malang, Kiai Radix Mursenoaji, menjelaskan bahwa di Malang istilah Corps masih dipertahankan sebagai bentuk pelestarian sejarah. Oleh karena itu, singkatan untuk Korps Mubaligh Muhammadiyah (KMM) di Malang masih menggunakan istilah CMM (Corps Mubaligh Muhammadiyah). Ia juga menyampaikan bahwa setiap 3–4 bulan sebelum Ramadan, diselenggarakan Sekolah Kader Muhammadiyah sebagai seleksi awal siapa saja yang layak masuk CMM.

Menanggapi pertanyaan jamaah terkait penilaian kelayakan seorang mubaligh, Kiai Radix menjelaskan tentang kriterianya, “Jika ada keluhan dari jamaah, kami petakan dulu masalahnya. Lalu kami analisis bacaan dan gerakan salatnya untuk memastikan sesuai tuntunan.” jelasnya

Ketua Majelis Tabligh PDM Tuban, Adi Mulyo, turut memaparkan sejumlah program unggulan yang sedang digarap:

1. Kunjungan rutin ke tiap PCM setiap bulan, diambil dari KMM di 20 kecamatan.
2. Peluncuran Sekolah Kader Mubaligh Muhammadiyah (SKMM) mulai Juni, dengan harapan mampu melahirkan mubaligh yang membawa ilmu mencerahkan dan lantunan ayat yang menggugah hati.
3. Penyusunan buku panduan TPQ Muhammadiyah berbasis sumber resmi dari Muhammadiyah dan tarjih.
4. Pengembangan program JATAMU (Jamaah Takziyah Muhammadiyah) untuk penanganan jenazah sesuai sunnah, dari sakaratul maut hingga pemakaman.
5. Program siaran dakwah rutin di Radio Republik Indonesia (RRI) setiap Senin, serta di Radio Pradya Suara setiap Jumat.

Menanggapi hal tersebut, Abdurrohim Said menyampaikan apresiasi atas langkah-langkah Majelis Tabligh PDM Tuban, khususnya program JATAMU.

“Keberadaan JATAMU sangat penting. Jangan sampai kita berdakwah menyampaikan ini sunnah, itu bid’ah, tapi saat kita meninggal justru tidak diperlakukan sesuai sunnah,” ujarnya mengingatkan.

Pertemuan ini diakhiri dengan harapan akan adanya kerja sama dan sinergi dakwah yang lebih intens antara kedua daerah, demi tercapainya dakwah Islam yang mencerahkan dan membumi.

Penulis : Samson Thohari

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *