PDMTUBAN.COM-Lembaga Pengembangan Cabang Ranting dan Pembinaan Masjid (LPCR-PM) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Tuban sukses menyelenggarakan Workshop Manajemen dan Memakmurkan Masjid di Gedung baru Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Muhammadiyah Tuban, Desa Sugihwaras, Kecamatan Jenu, Ahad (7/7/2024). Acara ini dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, antara lain Ketua Takmir Masjid Al-Falah Sragen, Kusnadi Ikhwani, Ketua LPCR-PM Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim, Hasan Ubaidillah, Ketua PDM Tuban Masrukhin beserta 11 pleno PDM Tuban lainnya, perwakilan STIE Muhammadiyah Tuban, dan beberapa Unsur Pembantu Pimpinan (UPP) PDM Tuban.
Dalam sambutannya, Ketua LPCR-PM PDM Tuban, Hadi Mulyono, menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung kesuksesan acara Workshop ini. Ia berharap dengan adanya workshop ini, masjid Muhammadiyah di Kabupaten Tuban dapat dikelola lebih profesional, modern, dan menjadi pusat kegiatan keagamaan yang lebih baik.
“Terima kasih kepada Ketua STIE, Takmir Masjid Ath-Thariq, RS Muhammadiyah Tuban, Suli 5, dan kepada semua pihak yang terlibat dalam kesuksesan acara ini” ujar Hadi Mulyono
Ketua PDM Tuban, Masrukhin dalam sambutannya, mengapresiasi langkah LPCR-PM dalam menyelenggarakan workshop yang meriah dengan partisipasi lebih dari 200 peserta, meskipun awalnya sempat ada keraguan terkait pendanaan.
” LPCR-PM luar biasa, salut mampu membuat acara sebesar ini” ujar Masrukhin
Pada kesempatan tersebut, Masrukhin juga menyoroti kondisi masjid dan mushala Muhammadiyah di Tuban yang sangat bervariasi. Mulai dari yang sangat ramai jamaahnya, ada yang cabang belum memiliki masjid, hingga ada yang merangkap sebagai takmir untuk beberapa masjid.
“Di Kecamatan Plumpang, juga sudah dalam proses pembangunan masjid Muhammadiyah dengan nama Masjid Al-Fath” terang Masrukhin
Masrukhin juga menjelaskan bahwa siapapun yang memakmurkan masjid akan memperoleh keberkahan, dan memakmurkan masjid tidak hanya berarti dalam hal ibadah salat, tetapi juga dalam kegiatan dan pembinaan. Dia menyebutkan beberapa masjid Muhammadiyah di Tuban yang memiliki manajemen yang lumayan bagus dan ramai jemaah, seperti Masjid Mubarak, Masjid Darussalam, dan Masjid Al-Fajri.
“Semoga semangat untuk memakmurkan masjid dan meningkatkan manajemen serta kegiatan keagamaan terus terjaga” harap Masrukhin
Selanjutnya, Kusnadi Ikhwani sebagai pemateri utama menjelaskan tentang awal perjalanan revolusi takmir di Masjid Raya Al-Falah, Sragen pada tahun 2016. Proses ini dimulai dari surat kaleng yang berisi keprihatinan dari Pemuda Muhammadiyah Sragen terhadap kondisi Masjid Al-Falah yang kurang terurus
Kusnadi, yang telah terbukti mampu membawa perubahan positif di Lazismu Sragen, kemudian dipercayakan sebagai takmir masjid oleh Bupati Sragen, Agus Fathurrahman. Langkah awalnya terfokus pada peningkatan kualitas pelayanan keagamaan. Ia merekrut imam profesional yang minimal hafal 15 juz Al-Quran dengan gaji 3 kali UMR Sragen
“Saya dipercayakan sebagai takmir masjid berdasarkan pengalaman saya dalam mengelola perubahan di Lazismu Sragen, meskipun awalnya banyak yang kontra dengan berbagai gebrakan namun akhirnya banyak juga yang mendukung” terang Kusnadi
Melalui studi banding ke Masjid Jogokaryan dan penerapan metode ATPE (Amati Tiru Plek Eksekusi), Kusnadi berhasil membawa revolusi besar-besaran di masjid. Masjid dibuka 24 jam dengan rekrutmen kokam yang diberi gaji Rp.1,5 juta. Fasilitas seperti Wi-Fi, kopi dan makanan diberikan untuk memanjakan jemaah, yang berujung pada peningkatan infak bulanan hingga Rp.750 juta
Peran seorang imam masjid di mata Kusnadi bukan sekadar memimpin salat, namun lebih dari itu. Seorang imam masjid diharapkan mampu membimbing, memberi teladan, dan bahkan membantu jemaah dalam hal-hal pribadi seperti mencarikan jodoh bagi yang belum menikah.
“Mengangkat imam masjid bukanlah semata-mata tentang memimpin salat, melainkan memberikan pelayanan yang lebih holistik dan inklusif bagi jemaah” pungkas Khusnadi
Selanjutnya, Ketua LPCR-PM PWM Jatim, Hasan Ubaidilah mengawali materinya dengan berbagi pengalamannya mengisi acara Ahad Pagi di PDM Probolinggo dan terkesima dengan suasana salat Subuh yang begitu meriah hingga meluber ke jalan. Tidak hanya itu, setelah salat berjamaah, para jemaah tidak pulang dan melanjutkan dengan mendengarkan pengajian.
“Para jemaah di Probolinggo bahkan membawa makanan atau hasil pertanian dari rumah untuk dibagikan kepada jamaah lainnya . Menurut saya, Muhammadiyah Tuban sebenarnya memiliki potensi yang lebih besar daripada Probolinggo jika dilihat dari antusiasme warganya ketika hadir dalam workshop ini” ungkap Ubaidillah
Ia juga berharap semoga tidak ada masjid Muhammadiyah di Tuban yang mengunci pintu masjid dan melarang anak-anak untuk ikut dalam salat dengan alasan mengganggu.
Ubaidillah selanjutnya menjelaskan bahwa di Jawa Timur, hampir semua ada kepengurusan cabang, namun jumlah ranting hanya sekitar 20% saja. Penting untuk tidak melupakan peran ranting dalam struktur organisasi Muhammadiyah. Mengutip pernyataan dari Syafii Maarif, menurut Ubaidillah, inti sebenarnya dari Muhammadiyah terdapat di ranting.
“Oleh karena itu, kita harus memastikan ranting tetap terjaga dan terurus dengan baik, karena kondisi ranting yang kurang baik akan berdampak pada cabang dan struktur organisasi Muhammadiyah secara keseluruhan” harap Ubaidillah
Dalam acara terakhir, dilanjutkan dengan sesi pemaparan dan tanya jawab dari beberapa majelis dari PDM Tuban, antara lain Majelis Pendayagunaan Waqaf, Majelis Tabligh, Lazismu, dan MPID. Setiap majelis memberikan penjelasan mendalam mengenai kegiatan dan program yang mereka jalankan, serta memberikan kesempatan bagi peserta acara untuk bertanya dan berdiskusi lebih lanjut.
Penulis: Samson Thohari